Chapter Text
Orang gila mana yang mengisi memeknya dengan vibrator di saat keluarga besarnya berkumpul untuk perayaan ulang tahun pernikahan kakek dan nenek? Ya, itulah Mimi. Sebelum pesta dimulai, paman Mimi diam-diam memasukkan vibrator panjang dan tebal ke dalam memeknya. Remote pengendali digenggam erat oleh paman, dan begitu pesta berlangsung, vibrator mulai bergetar pelan di dalam lubang memek Mimi yang licin.
Mimi berusaha santai, berbaur dengan keluarga, tersenyum sambil mengobrol ringan. Tapi setiap kali paman mendekat, tangannya nakal menyusup ke balik rok Mimi, mengelus bokongnya yang bulat dan kenyal, membuat Mimi menggigit bibir bawahnya untuk menahan desahan.
Saat Mimi sedang mengambil makanan di meja prasmanan, getaran vibrator tiba-tiba bertambah cepat. "Ahh..." Mimi bergumam pelan, dia berusaha tetap berdiri tegak.
Memeknya berdenyut hebat, cairan kenikmatan mulai mengalir keluar, membasahi paha dalamnya. Dia mencoba fokus menikmati makanannya, tapi getaran itu makin ganas. Vibrator itu sedang menggoyang-goyangkan dinding memeknya dari dalam. Mimi menggigit bibir lebih keras, pinggulnya mulai bergoyang pelan tanpa sadar, seperti sedang digoyang kontol sungguhan.
Mimi mengedarkan pandangan, mencari paman di antara kerumunan. Dia menemukan sang paman tampak sibuk makan sambil mengobrol dengan saudara-saudaranya.
Aneh sekali, kedua tangan pamannya tengah sibuk. Tapi getaran vibrator malah makin cepat, mencapai kecepatan maksimal. "Oh sial, memekku... ini terlalu enak..." pikir Mimi dalam hati, pinggulnya bergoyang lebih cepat, bokongnya bergesekan dengan udara seolah ada tangan yang memegangnya.
Bibinya yang ada di dekatnya tiba-tiba bertanya, "Mimi, ada apa denganmu? Kok mukamu merah gitu?"
Mimi kesulitan menjawab, mulutnya terbuka, mendesah panjang. "Ahh... hah... bib... bibi... aku... enak bangeeet..." desahnya tak terkendali.
Dari kejauhan, Mimi bisa melihat keponakannya yang masih kecil memegang benda kecil yang sangat mirip remote vibratornya. Matanya melebar, pasti remote itu terjatuh dari saku paman, dan si kecil yang polos mengira itu mainan sehingga memencet tombolnya sembarangan. Getaran di memek Mimi makin brutal, seperti mesin yang tak kenal lelah mengocok lubangnya yang basah kuyup.
Tak tahan lagi, Mimi beranjak dari kursinya, berusaha berjalan menuju kamar mandi. Tapi langkahnya goyah. Bokongnya bergerak maju mundur dengan ritme liar, seolah ada kontol besar yang sedang mengentotnya dari belakang.
"Kontol... nghhh aku butuh kontol... memekku gatal banget!" gumamnya pelan, tangannya menekan roknya untuk meredam getaran. Tapi orgasme datang begitu saja, menyambar tubuhnya seperti petir.
Mimi terduduk di lantai, kakinya mengangkang lebar di depan semua orang. "Aaaahhh! Memekku muncrat!" jeritnya, tangannya meraih ke bawah rok, menarik keluar vibrator yang basah oleh cairan memeknya sendiri.
Vibrator itu terlempar ke samping, masih bergetar hebat. Mimi menggeliat di lantai, memeknya kedutan, cairan bening mengalir deras dari lubangnya yang merah dan bengkak. Tapi itu tak cukup, dia butuh lebih. Butuh kontol panas yang keras untuk mengisi kekosongan di memeknya. Dia tak peduli di mana dia berada. Pikirannya hanya terisi oleh keinginan untuk segera mendapatkan sebuah kontol.
Pandangannya jatuh ke kakeknya yang berada paling dekat. Mengacuhkan mata-mata anggota keluarga yang menatap ngeri, Mimi merangkak mendekat. Tangannya langsung merogoh celana kakek, mengeluarkan kontolnya yang masih lemas dan berurat.
"Kakek, kumohon... aku mau kontolmu... tolong isi memek cucumu yang nakal," bisik Mimi dengan suara serak, matanya penuh nafsu. Dia mendongakkan pinggul kakek sedikit, lalu duduk di atasnya, memeknya yang licin langsung menelan kontol kakek hingga pangkal.
"Aahh... kontol kakek masuk! Sshhh penuh banget di memekku!" desah Mimi puas, pinggulnya mulai bergerak memutar, menggoyang kontol itu di dalam lubangnya yang ketat.
Kakek kebingungan, matanya melebar, tapi tangannya secara naluriah memegang pinggang Mimi, tak menghentikannya. Kontolnya mulai mengeras di dalam memek cucunya, terpompa oleh dinding memek yang berdenyut.
Nenek dan beberapa kerabat lain berteriak ngeri. "Mimi! Berhenti! Apa yang kamu lakukan dengan kakekmu?!" jerit nenek, wajahnya pucat.
Tapi kakek malah membentak balik, suaranya tegas meski napasnya tersengal. "Diam kalian! Jangan ada yang menghentikan cucu kesayanganku! Biarkan Mimi menikmati kontol kakeknya! Dia membutuhkan ini!"
"Kalian sudah gila!" seru nenek lagi, tapi suaranya tenggelam dalam desahan Mimi yang makin liar. Semua hanya bisa menatap kaget perbuatan mesum di hadapan mereka, tidak ada yang berani mendekat.
Mimi tersenyum puas mendengar ucapan kakeknya. Dia bergoyang lebih cepat, memeknya naik turun di kontol kakek, suara basah 'plok-plok' terdengar jelas di ruangan pesta. "Kakek, kontolmu enak banget... harusnya kita ngentot sejak dulu... nghhh ayo entot memek cucumu lebih dalam!" rintih Mimi, tangannya meremas teteknya sendiri.
Kakek tersenyum nakal, tangan keriputnya naik ke dada Mimi, meremas teteknya yang montok dan kenyal. "Tetek cucu kakek empuk banget... pentilnya mancung, gemesin. Memekmu bikin kontol kakek mau muncrat!"
Mereka berciuman kotor, lidah kakek yang kasar menyedot lidah Mimi, air liur bercampur, mengalir di dagu mereka. "Mmmhhh cucu mesum kakek..." gumam kakek di sela ciuman, jarinya mencubit puting Mimi.
Nenek, para bibi, dan kerabat lain yang tidak bisa menyaksikan perbuatan Mimi, bergegas meninggalkan ruangan dengan tatapan horor. Beberapa anggota keluarga pria masih terpaku, tonjolan kontol mereka terlihat jelas di balik celana. Termasuk paman, yang menyeringai puas melihat Mimi menggeliat di atas kontol ayahnya sendiri.
"Paman, lihat ini... memekku lagi dimakan kontol kakek..." desah Mimi menatap pamannya, matanya penuh tantangan. Pinggulnya bergerak lebih ganas, memeknya menggenggam kontol kakek erat-erat, mengejar orgasme berikutnya.
"Kakek, cubit pentilku lebih keras! Aku mau cum lagi di kontolmu!"
Kakek menuruti, tangannya menguleni tetek Mimi kasar, memilin keras pentilnya, sementara kontolnya berdenyut di dalam memek cucunya. "Keluarin Mimi... kakek juga bakal muncratin peju buat menuhin memek nakal ini! Mengisi rahimmu dengan peju kakek!"
Tak lama kemudian, orgasme menyambar Mimi lagi. "Aaaahhh! Cum! Memekku cum di kontol kakek!" jeritnya, tubuhnya kejang, cairan memeknya menyembur keluar, membasahi paha kakek.
Kakek menyusul, kontolnya memompa peju kental ke dalam memek Mimi, mengisi lubang itu hingga penuh. "Ambil peju kakek semua, Mimi!" ucap kakek, tangannya turun mengelus bibir memek Mimi yang basah oleh campuran peju dan cairannya.
Sang kakek belum pernah merasa sesehat ini. Dia memberikan kecupan-kecupan kecil di bibir cucunya. Merasa senang kontolnya sudah dipuaskan.
"Ini hadiah terbaik dari Mimi. Terima kasih, kakek puas banget ngentot memekmu," kata kakek sambil menghisap lidah Mimi lagi, ciuman mereka penuh air liur dan nafsu.
Mimi, yang masih menikmati sisa orgasmenya, tersenyum lebar, memeluk leher kakek erat. "Kakek, memekku selalu siap buat kontolmu," balasnya, lidahnya menari liar di mulut kakek, sementara peju kakek perlahan menetes keluar dari memeknya yang puas.
"Ya Mimi, mulai sekarang kita akan melakukan banyak hal menyenangkan."
